Keajaiban Hutan Mangrove untuk Kesehatan Pesisir dan Lautan

Bagi anda yang berasal dari daerah pesisir, anda pasti tidak asing dengan hutan mangrove – atau hutan bakau. Di sepanjang pantai akan terlihat pepohonan tumbuh dengan akarnya yang menjulur ke dalam lumpur. Pepohonan ini mungkin tidak tampak istimewa, namun mereka memiliki adaptasi unik yang memungkinkan mereka hidup di lingkungan air asin, dan menyediakan habitat penting bagi banyak kehidupan pesisir dan dalam lautan. Hutan mangrove merupakan salah satu bagian istimewa dan sangat penting salam ekosistem Pantai tropis yang harus kita jaga kelestariannya.

Apa Itu Mangrove?

Mangrove, atau bakau, adalah sejenis pohon pantai yang dapat hidup di lingkungan air asin yang keras. Bila terdapat banyak gerombolan pepohonan bakau yang hidup bersama maka disebut hutan bakau – atau hutan mangrove.

Terdapat sekitar 70 spesies mangrove yang ditemukan di kawasan tropis dan subtropis di seluruh dunia, dengan jumlah spesies terbanyak terdapat di kawasan Asia, diikuti oleh Afrika dan Amerika Selatan [1]. Hutan mangrove tidak menyukai suhu yang lebih dingin, sehingga Anda jarang akan menemukan hutan mangrove di luar sekitar 25 derajat lintang utara atau selatan.

Kehidupan di sepanjang pantai bisa jadi sulit bagi spesies tanaman, dan hutan mangrove memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan mereka hidup di sedimen dengan salinitas tinggi dan oksigen rendah. Beberapa spesies mangrove memiliki akar yang tinggi dan melengkung sehingga memungkinkan tanaman menyerap oksigen melalui kulitnya. Yang lainnya memiliki pneumatofor, atau struktur mirip snorkel yang menonjol keluar dari lumpur dan memungkinkan tumbuhan mangrove untuk bernapas.

Hutan mangrove juga perlu menyeimbangkan garamnya — sama seperti manusia, mengkonsumsi terlalu banyak garam dan kekurangan air dapat membahayakan atau membunuh organisme. Untuk mengatasi air laut yang asin, beberapa spesies memiliki pori-pori khusus yang menghalangi masuknya garam, sementara spesies lain mengeluarkan garam dari daunnya.


Akar Tunjang


Akar Papan


Akar Napas


Akar lutut


Akar Banir

Foto perakaran hutan mangrove. kkp.go.id

Seberapa Luas Mangrove di Indonesia ?

Hutan mangrove tersebar luas di sepanjang garis pantai indonesia. Hutan mangrove di Indonesia diperkirakan memiliki luasan sebersar 4.2 juta ha, yang menjadikan Indonesia sebagai negara terluas yang memiliki lahan hutan mangrove. Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. Lahan mangrove terluas terdapat di Irian Jaya dengan luasan sekitar 2.951.476 hektar (69,43%), sumatera 657.206 hektar (15,46%), dan Kalimantan 383.441 hektar (9,02%)  [2]. Dalam keanekaragaman lahan dan lautnya, Indonesia menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian ekosistem mangrove.

Mengapa Mangrove Penting?

Mangrove memberikan jasa ekosistem yang sangat berharga, termasuk mendukung perikanan, memberikan perlindungan terhadap badai, dan banyak lagi. Di seluruh dunia, hutan mangrove menyumbang sekitar $1,6 miliar setiap tahunnya terhadap perekonomian lokal [3].

Sistem akar mangrove yang lebat menyediakan tempat persembunyian yang sempurna bagi hewan-hewan kecil, dan berfungsi sebagai habitat pembibitan bagi banyak ikan, kerang, dan krustasea. Beberapa spesies ikan yang penting secara komersial dan rekreasi bergantung pada habitat mangrove untuk perlindungan. Hewan lain yang hidup langsung di akarnya, termasuk siput, teritip, dan tiram.

Akar mangrove yang kuat membantu mencegah erosi dengan memerangkap sedimen di akarnya yang kusut. Mereka juga menjadi sangat penting saat terjadi badai: akarnya dapat membantu memecah energi gelombang dan mengurangi gelombang badai. Menurut laporan terbaru, setiap 100 m (arah ke daratan) hutan mangrove dapat mengurangi tinggi gelombang hingga 66% [4]. Dan yang terakhir, hutan mangrove merupakan bagian penting dalam upaya melawan perubahan iklim: di seluruh dunia, hutan mangrove dapat menyerap atau menyimpan lebih dari 28 juta ton karbon setiap tahunnya. Satu hektar hutan mangrove saja dapat menyerap 725 kg karbon per tahun.

Foto tangkapan kepiting di hutan bakau. Koran.tempo.co

Mengapa Mangrove Bermasalah?

Hutan mangrove senang hidup di garis pantai tropis—begitu juga dengan manusia. Sayangnya, hal ini berarti banyak hutan mangrove yang ditebang dan dijadikan lahan pengembangan wilayah pesisir, pantai berpasir, dan budidaya perikanan (khususnya, budidaya udang telah menyebabkan hilangnya hutan mangrove dalam jumlah besar). Menurut data dari FAO of United Nation (2007) Sejak tahun 1980an, luas hutan mangrove global telah berkurang sebanyak 3,6 juta ha [5]. Ketika hutan mangrove ditebang, mereka melepaskan karbon dioksida dalam jumlah yang besar ke atmosfer, sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Untungnya, kesadaran akan pentingnya hutan mangrove sudah menyebar dan terdapat upaya di seluruh dunia untuk memulihkan habitat mangrove. Anda dapat membantu dengan mendukung kelompok yang bekerja untuk melindungi dan memulihkan habitat mangrove, dan mengonsumsi makanan laut yang ditangkap secara lestari. Selain itu, Anda juga dapat bergabung dengan kami dalam upaya membantu melindungi ekosistem laut Indonesia, termasuk habitat mangrove.

10 Fakta Tentang Hutan Mangrove

Fakta 1: Mangrove bisa terasa sedikit asin.— Berbeda dengan kebanyakan pohon, mangrove dapat tumbuh langsung di air asin atau air payau.[6] Strategi mereka dalam menghadapi tingkat salinitas yang beracun berbeda-beda. Beberapa spesies mengeluarkan garam setelah diserap, sementara spesies lain menyaring garam dari            air laut di sekitarnya.[7]

Fakta 2: Mangrove mempunyai berbagai ukuran.— Meskipun perkiraannya bervariasi, setidaknya terdapat 50, dan mungkin sebanyak 80 spesies mangrove, mulai dari semak kecil hingga pohon yang tingginya 40 meter di atas air, namun semua spesies tumbuh subur di lingkungan pesisir yang rendah oksigen dan salinitas tinggi.[8,9]

Fakta 3: Tempat ikan berkumpul.— Mangrove , khususnya habitat bawah air yang disediakan oleh akarnya, menawarkan lingkungan pengasuhan yang penting bagi banyak spesies laut yang masih muda, mulai dari ikan gobi kecil hingga buaya berukuran besar.[10]

Fakta 4: Hutan mangrove hidup di pesisir.— Hutan bakau dapat ditemukan di pesisir air asin di lebih dari 100 negara tropis dan subtropis, dengan luas total lebih dari 140.000 kilometer persegi[11] — kira-kira seluas Yunani atau Arkansas.

Fakta 5: Indonesia berada di puncak daftar dunia.— Jumlah tutupan mangrove terbesar terdapat di Indonesia, dengan luas hutan mangrove yang mencapai 31.000 km2[12] – sekitar dua kali luas Negara Jamaika.

Fakta 6: Hutan mangrove mempunyai masalah penimbunan (karbon).— Di dalam area hutan mangrove  seluas 2,6 km2, ekosistem hutan mangrove menyimpan jumlah karbon yang setara dengan emisi tahunan 90.000 mobil[13], menjadikannya solusi penting dalam upaya melawan perubahan iklim. mengubah.

Fakta 7: Hutan mangrove dapat membantu menjaga keselamatan masyarakat.— Hutan mangrove, khususnya akarnya yang tebal dan tidak dapat ditembus, sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai, sebagai penyangga alami terhadap gelombang badai[14], yang merupakan ancaman yang semakin meningkat dalam perubahan iklim global dengan naiknya permukaan air laut.

Fakta 8: Hutan mangrove berada dalam ancaman.— Hampir di seluruh dunia, hutan mangrove terancam punah, namun masalah yang paling akut terjadi di Myanmar, dimana sebuah penelitian memperkirakan[15] tingkat hilangnya hutan mangrove di negeri ini lebih dari lima kali lipat rata-rata tingkat kerusakan hutan bakau secara global.

Fakta 9: Udang adalah masalah yang sangat besar.— Di Thailand, Meksiko dan Indonesia, hutan mangrove sering ditebang untuk memberi ruang bagi tambak udang. Namun begitu kolam ditinggalkan, akumulasi limbah hayati menjadikan air menjadi terlalu beracun bagi sebagian besar kehidupan.[8]

Fakta 10: Lebih baik melakukan revitalisasi daripada melakukan penanaman kembali.— Sistem akar mangrove yang lebat menghambat aliran air pasang surut dan mendorong pengendapan sedimen yang kaya nutrisi. Namun begitu hutan mangrove hilang, akan sangat sulit untuk ditanam kembali karena pergeseran sedimen yang dibantu oleh akar untuk tetap berada di tempatnya.[16]

Referensi

  1. (2021, July 26). My Mangrove, My Livelihood. https://www.iucn.org/news/oceania/202107/my-mangroves-my-livelihood
  2. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat untuk Organisme Laut. Jurnal Biologi Tropis. 17(2) : 51-58. https://media.neliti.com/media/publications/273833-peran-ekosistem-hutan-mangrove-sebagai-h-a0aa7758.pdf
  3. Spencer, E. (2019, November 13). Everything You Need to Know About Mangroves. Mangroves have a Big Role in Keeping Our Ocean and Coastlines Healty. Ocean Conservancy. https://oceanconservancy.org/blog/2019/11/13/everything-need-know-mangroves/
  4. Hardianti, P. F. (2014). Analisis Kemampuan Hutan Mangrove dalam Meredam Gelombang di Pantai Kenjeran Surabaya [Tugas Akhir]. Surabaya [ID] : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. https://repository.its.ac.id/65319/1/4309100045-UndergraduateThesis.pdf
  5. FAO of United Nations. (2007). The World’s Mangroves 1980-2005. In A Thematic Study Prepared in The Framework of The Global Forest Resources Assessment 2005. Rome : FAO. https://www.fao.org/3/a1427e/a1427e00.pdf
  6. Somma, Marina. Trees That Grow in Saltwater sciencing.com, https://sciencing.com/trees-that-grow-in-saltwater-13429031.html. 21 September 2022.
  7. Lim, K., Murphy, D., Morgany, T., Sivasothi, N., Ng, P., Soong, B. C., Tan, H., Tan, K. S., Tan, T. K., (2001). A Guide to Mangroves of Singapore. Raffles Museum of Biodiversity Research, The National University of Singapore & The Singapore Science Centre. http://mangrove.nus.edu.sg/guidebooks/text/1042.htm
  8. Feller, C. (Ed.). Smithsonian. (2018, April). Mangroves. https://ocean.si.edu/ocean-life/plants-algae/mangroves
  9. (2021, March 25). What is a mangrove forest? National Ocean Service website. https://oceanservice.noaa.gov/facts/mangroves.html
  10. Florida Museum. (2020, November 27). Mangrove Life. https://www.floridamuseum.ufl.edu/southflorida/habitats/mangroves/mangrove-life/
  11. 2020. Global Forest Resources Assessment 2020: Main report. Rome. https://www.fao.org/documents/card/en/c/ca9825en
  12. Beys-da-Silva, W. O., Santi, L., & Guimarães, J. A. (2014). Mangroves: A Threatened Ecosystem Under-Utilized as a Resource for Scientific Research. In Journal of Sustainable Development (Vol. 7, Issue 5). Canadian Center of Science and Education. https://doi.org/10.5539/jsd.v7n5p40
  13. (2022, June 8). Coastal Blue Carbon. National Ocean Service website. https://oceanservice.noaa.gov/ecosystems/coastal-blue-carbon/
  14. Blankespoor, B., Dasgupta, S., & Lange, G.-M. (2016). Mangroves as a protection from storm surges in a changing climate. In Ambio (Vol. 46, Issue 4, pp. 478–491). Springer Science and Business Media LLC. https://doi.org/10.1007/s13280-016-0838-x
  15. Richards, D. R., & Friess, D. A. (2015). Rates and drivers of mangrove deforestation in Southeast Asia, 2000–2012. In Proceedings of the National Academy of Sciences (Vol. 113, Issue 2, pp. 344–349). Proceedings of the National Academy of Sciences. https://doi.org/10.1073/pnas.1510272113
  16. Waters, H. Smithsonian. (2016, December). Mangrove Restoration: Letting Mother Nature Do The Work. https://ocean.si.edu/ocean-life/plants-algae/mangrove-restoration-letting-mother-nature-do-work

Penulis: Aisha Nabila Fahsa

Artikel
EcoNusantara menghadirkan pengetahuan ahli dan pendekatan keterlibatan terkait untuk mendukung klien dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan solusi inovatif yang berkomitmen terhadap tanggung jawab lingkungan dan sosial. Bagian ini menyajikan dinamika terkini dari karya dan aktivitas yang kami lakukan.​
Terbaru