Tentang Biodiversity Credit (Kredit Keanekaragaman Hayati) – Bagian 1

Belakangan ini komunitas global mulai melirik opsi lain dari skema kompensasi jasa lingkungan, yaitu “kredit keanekaragaman hayati” (Biodiversity Credit). Skema kredit keanekaragaman hayati menjadi populer setelah Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal 2022  (the 2022 Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework = GBF). Meskipun konsep serupa telah ada sebelumnya, perjanjian internasional ini merupakan katalis utama bagi munculnya pasar kredit keanekaragaman hayati secara sukarela. Berikut adalah kronologi singkat perkembangan pasar tersebut.

Berakar pada kompensasi keanekaragaman hayati selama periode 1990an. Konsep perdagangan hasil jasa lingkungan bukanlah hal baru. Skema berbasis yurisdiksi, seperti perbankan mitigasi lahan basah di AS dan perbankan hayati di Australia, telah ada selama beberapa dekade, meskipun struktur dan tujuannya berbeda dari kredit sukarela saat ini. Titik balik yang penting terjadi pada Konferensi Para Pihak ke-15 (COP15) Konvensi Keanekaragaman Hayati pada Desember 2022, dimana hampir 200 negara mengadopsi GBF dengan perjanjian: (a) menetapkan target ambisius untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030; dan (b) mengusulkan “skema inovatif seperti kompensasi dan kredit keanekaragaman hayati” untuk membantu mengumpulkan pendanaan swasta yang diperlukan.

Sejak 2022 terjadi lonjakan minat dan aktivitas, dimana referensi eksplisit GBF terhadap kredit keanekaragaman hayati menciptakan gelombang inisiatif baru dan mempercepat upaya yang sudah ada. Misalnya, kemunculan aliansi dan kerangka kerja baru, seperti Forum Ekonomi Dunia, Aliansi Kredit Keanekaragaman Hayati (BCA), dan Panel Penasihat Internasional untuk Kredit Keanekaragaman Hayati (IAPB), yang meluncurkan inisiatif untuk mengeksplorasi dan menyusun panduan bagi pasar. Kemudian, proyek percontohan bermunculan: Banyak proyek dan perusahaan baru, seperti Wilderlands di Australia dan Terrasos di Kolombia, mulai menerbitkan dan menjual kredit keanekaragaman hayati sukarela pertama. Tampaknya, pasar sukarela telah tumbuh secara stabil, dengan angka penjualan awal dilaporkan mulai tahun 2020 dan seterusnya, tetapi dengan peningkatan aktivitas pasca-2022.

Saat ini, memang pasar keanekaragaman hayati secara sukarela masih dalam tahap awal, serta masih menghadapi tantangan dalam standardisasi dan verifikasi. Namun, perkembangan utama, termasuk peluncuran pasar keanekaragaman hayati sukarela pertama di dunia yang disahkan oleh undang-undang oleh Australia pada tahun 2025, menandakan pertumbuhan yang berkelanjutan. Mungkin sudah waktunya pula bagi Indonesia untuk mendalami skema kompensasi jasa lingkungan berbasis keanekaragaman hayati ini, mengingat kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia.

Prinsip di Balik Kredit Keanekaragaman Hayati

Konsep kredit keanekaragaman hayati masih didefinisikan, karena ini adalah pasar yang baru lahir. Menurut Biodiversity Credit Alliance (BCA), “Kredit keanekaragaman hayati adalah sertifikat yang mewakili unit hasil keanekaragaman hayati positif yang terukur dan berbasis bukti yang tahan lama dan tambahan dari apa yang seharusnya terjadi”. Ada sejumlah skema yang muncul, dan salah satunya menetapkan bahwa kredit keanekaragaman hayati adalah instrumen keuangan untuk mendukung konservasi alam, dan mencakup beberapa aspek kegiatan atau hasil konservasi, di area tertentu, selama periode waktu tertentu.

Apakah kredit keanekaragaman hayati berbeda dari pembayaran untuk jasa ekosistem (PES = Payment for Ecosystem Services)?

Pembayaran untuk jasa ekosistem (PES) terjadi ketika penerima manfaat atau pengguna layanan ekosistem melakukan pembayaran kepada penyedia layanan tersebut. Dalam praktiknya, ini dapat berupa serangkaian pembayaran sebagai imbalan atas penerimaan aliran manfaat atau jasa ekosistem. Ide dasarnya adalah bahwa siapa pun yang menyediakan layanan harus dibayar untuk melakukannya.

Penggunaan kredit keanekaragaman hayati berpotensi membawa lebih banyak fleksibilitas dan keragaman ke dalam pertukaran, dan memungkinkan aktor tambahan untuk berpartisipasi dengan memungkinkan penghitungan berbagai nilai dan layanan dari semua aspek keanekaragaman hayati. Singkatnya, pembeli kredit keanekaragaman hayati mungkin bukan pengguna akhir atau penerima manfaat langsung dari layanan ekosistem tertentu, tetapi mungkin ingin berkontribusi pada perlindungan keanekaragaman hayati.

Apa perbedaan kredit keanekaragaman hayati dengan offset keanekaragaman hayati?

Secara umum, “kredit keanekaragaman hayati” adalah instrumen yang berpotensi digunakan dalam berbagai cara, sedangkan “offset” secara khusus menunjuk pada penggunaan unit untuk memenuhi persyaratan peraturan atau untuk membuat klaim (kepada publik atau pemangku kepentingan tertentu) tentang apa yang telah dicapai organisasi, proyek, atau produk dalam hal kinerja lingkungan. Secara tradisional, istilah offset keanekaragaman hayati digunakan dalam konteks terbatas sebagai “mekanisme untuk mengatasi dampak residu negatif pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh proyek pembangunan”, dan ditentukan oleh penggunaan hierarki mitigasi keanekaragaman hayati, dengan offset menjadi langkah terakhir setelah langkah penghindaran, minimalisasi, dan restorasi.

Meskipun masih dalam perdebatan, banyak pendukung kredit keanekaragaman hayati menyarankan bahwa kredit tersebut tidak boleh digunakan untuk mengkompensasi dampak negatif “langsung” pada keanekaragaman hayati yaitu bukan sebagai offset yang dipahami secara tradisional.

Namun, masih ada risiko kebingungan dengan terminologi, karena terkadang istilah “kredit keanekaragaman hayati” digunakan secara bergantian dengan “offset keanekaragaman hayati” di pasar kepatuhan (yang dimaksudkan untuk mengatasi dampak negatif) serta di pasar sukarela.  Diskusi aktif tentang terminologi yang tepat masih terus berlangsung, tetapi beberapa praktisi menyarankan istilah “perbankan habitat” atau “perbankan offset” untuk pasar kepatuhan (mandatory market), dan “kredit keanekaragaman hayati sukarela” untuk pasar sukarela (viluntary market).

Apa perbedaan kredit keanekaragaman hayati dengan kredit karbon?

Solusi berbasis alam kredit karbon telah ada di pasar selama beberapa waktu, dan dalam banyak kasus dampak positif terhadap keanekaragaman hayati dianggap sebagai “manfaat bersama” yang merupakan tambahan dari dampak iklim. Untuk saat ini, manfaat keanekaragaman hayati ini tetap tidak terukur, sementara mereka sering dianggap sebagai kredit karbon “premium” dan biasanya dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Kredit keanekaragaman hayati saat ini tidak diperdagangkan di pasar sekunder mana pun, sehingga periode waktu berlaku (validity period) – atau dalam istilah perdagangan karbon disebut sebagai “retire period”. Sementara periode berlaku suatu unit offset keanekaragaman hayati di pasar kepatuhan ada ketetapannya, sedangkan penerapan konsep ini di pasar kredit keanekaragaman hayati sukarela masih belum jelas.

***

Saat ini, pengukuran kredit hasil keanekaragaman hayati masih dalam pembahasan para ahli dan praktisi global. Banyak metodologi kredit keanekaragaman hayati yang saat ini diusulkan menggunakan pengukuran dan indikator yang berkisar pada: (1) spesies, ekosistem, tingkat ancaman, signifikansi keanekaragaman hayati, dll.; (2) ukuran area yang bersangkutan; dan (3) periode waktu di mana dampak dicapai. Tapi, belum ada pedoman yang disepakati bersama secara global.

Simak terus bagian selanjutnya untuk memahami masalah seputar penawaran dan permintaan, serta infrastruktur pasar.

Artikel
EcoNusantara menghadirkan pengetahuan ahli dan pendekatan keterlibatan terkait untuk mendukung klien dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan solusi inovatif yang berkomitmen terhadap tanggung jawab lingkungan dan sosial. Bagian ini menyajikan dinamika terkini dari karya dan aktivitas yang kami lakukan.​
Terbaru